Rabu, 23 Mei 2012

Klasifikasi hasil dari pembudidayaan Gaharu

Di Indonesia, ada 6 jenis pohon penghasil Gaharu yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi…kecuali Pulau Jawa dan Bali. Adapun yang bernilai dari pohon penghasil Gaharu adalah gumpalan resin didalam pohon Gaharu akibat perlawanannya terhadap virus tertentu. Pemerintah mengklasifikasikan hasil dari pohon penghasil gaharu menjadi 3 klasifikasi yaitu :

1. Gubal  gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki       kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat





2. Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki  kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak
 


3. Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan

Adapun pengertian dari  Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan

Nah, hasil dari pohon Gaharu itu ada 3 yaitu Gubal, Kemendangan dan Abu Gaharu. Adapun Minyak Gaharu itu dihasilkan dari proses peng-extra-an gubal / kemendangan melalui proses penyulingan. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kualitas Gubal / Kemendangan yang di suling. Untuk kualitas sedang, minyak Gaharu di hargai Rp. 100 ribu - 150 ribu per 3 ml ( ingat...mili liter bukan liter). Keren kan?.


Harga dari Gubal, Kemendangan dan Abu itu tergantung dari kelas yang di hasilkan. Dan untuk menentukan kelas nya, sudah ada SNI nya alias Standar Nasional Indonesia-nya.

Rawat Gaharu di rumah sebelum masuk musim tanam


Karena tertarik dengan prospek dari budidaya gaharu ini, kemarin saya beli 20 bibit. Setelah 3 hari menunggu akhirnya datang juga paketan bibit gaharu sebanyak 20 bibit. Tapi setelah paketan di buka, kaget...ternyata daun-daunnya banyak yang rontok, layu dan tanah di polybag sudah agak kering dan berceceran. Langsung saja saya tata sedemikian rupa dan tanahnya di kasih air biar akarnya ndak mati.

Namun, perasan takut kalo bibit pohon mahal ini mati masih ada. Akhirnya inisiatif beli polybag yang lebih besar dan juga tanah yang sudah bercampur pupuk (maklum, dirumah gak ada tanah..plesteran semua. Jadi beli tanah campur pupuk deh...hehe).



Tiap pagi disiram (cukup sekali saja), karena jika terlalu banyak disiram nanti akarnya busuk...begitu kata istri saya. Terus kalo matahari sudah cukup terasa menyengat, bibit pohon ini saya tutupin dengan kain transparan (seperti kain taplak meja yang bolong2 itu lho). Tujuannya agar bibit tidak terkena langsung sinar matahari. Karena jika terkena langsung sinar matahari daun tidak akan kuat, layu dan mati.



Alhamdulillah, sudah berjalan seminggu..sudah kelihatan segar dan tumbuh tunas2 daun baru. Tadinya mau ditanam langsung di kebun, tapi karena kebun nya jauh dari rumah (40 km..hehe) di tambah sudah jarang turun hujan maka saya putuskan untuk merawatnya dirumah hingga sampai musim tanam tiba. Berdasarkan informasi dari seorang kenalan yang sudah berpengalaman dalam proses pembibitan dan penanaman Gaharu...paling bagus bibit pohon di tanam pada awal musim hujan. Karena pada dasarnya pohon Gaharu pada awal penanaman sangat suka dengan air....Bismillah aja deh. Mudah2an 10 tahun lagi harga Gaharu jauh lebih mahal dari harga hari ini (saat ini kualitas kelas AB Rp. 3-6jt / kg) dan 20 bibit ini bisa panen. Amiin...buat temen2 yang punya tanah nganggur bisa koq budidaya gaharu. ukuran 8x12m aja bisa tanam 24 pohon dengan jarak tanam 2 meter x 2 meter.

Rabu, 18 April 2012

Pohon Gaharu masuk kategori Pohon Langka yang dilindungi PBB

Semenjak dahulu kala...sebetulnya orang sudah mengetahui akan berharganya Gaharu ini. Mereka yang mencari nafkah dengan menjual Gaharu kepada pengumpul / pengepul2 gelap berusaha mencari dengan mengekplorasi hutan dengan cara-cara yang masih tradisional. Mereka datang ke hutan, mencari pohon penghasil gaharu, mereka tebang, mereka cari gaharu nya namun ketika tidak ditemukan maka batang pohon tersebut di tinggal begitu saja.

Bayangkan saja, menurut data penelitian pohon penghasil gaharu yang tumbuh di hutan secara alamiah, jarak masing2 pohon itu sekitar 500 m - 1 km. Jadi, kalo di sini ditemukan 1 pohon penghasil gaharu...maka kita baru bisa menemukan pohon penghasil gaharu lagi setelah menempuh jarak 500 m atau 1 km.

Berpuluh tahun ditebangin..akhirnya pada tahun 1995 PBB telah mencantumkan jenis pohon penghasil Gaharu dengan nama Aquilaria Malaccensis telah tercantum dalam CITES Lampiran II (berpotensi terancam punah) dan pada tahun 2004 semua jenis pohon Aquilaria tercantum dalam CITES Lampiran II.

Oleh karenanya, dari tahun ke tahun Jumlah Ekspor Gaharu ke luar negeri mengalami penurunan. Hal ini terjadi bukan karena sepi pembeli namun dikarenakan bahan utama penghasil Gaharu hampir punah. Itulah kenapa semenjak tahun 2000 pemerintah sudah mulai menggalakan pembudidayaan pohon gaharu ini dan mulai mengenalkannya kepada para petani-petani. Hal ini dikarenakan Gaharu adalah salah satu penyumbang devisa Negara dari sektor Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Jadi...demi melestarikan jenis pohon Aquilaria, demi menjaga pemasukan devisa negara, demi meningkatkan taraf kehidupan para petani dan siapapun yang membudidayakannya..AYO SUKSESKAN TANAM 1 MILIAR POHON GAHARU.

Sedikit bocoran : 
- hingga saat ini, Indonesia belum mampu memenuhi quota ekspor Gaharu
- permintaan Gaharu dari Luar Negeri semakin meningkat
- tau ga?..gaharu dengan kualitas dobel super...bisa mencapai Rp. 50 juta perkilo
  bayangin deh kalo kita punya 10 kilo dari hasil tanam 20 pohon...icikiwirr pokoke-lah

Pengertian Gaharu

contoh gambar kayu gaharu

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria .. Kandungan tersebut membuat ciri khas gaharu seperti chromone yang memberikan aroma yang harum.








Sejarah Singkat Gaharu

Pada awal abad ke-3, dalam Nan wu yi zhou zhi (Hal-hal aneh dari Selatan) yang ditulis oleh Wa Zhen dari Dinasti Wu, menyebutkan bahwa gaharu diproduksi di wilayah Rinan, sekarang dikenal sebagai Vietnam bagian tengah, dan bagaimana orang-orang mengumpulkannya dari pegunungan.

Dimulai pada tahun 1580, setelah Nguyen Hoang mengambil kendali atas provinsi-provinsi tengah Vietnam modern, ia mendorong perdagangan dengan negara lain, khususnya Cina dan Jepang. Gaharu yang diekspor dalam 3 varitas yaitu Calambac (ky nam dalam bahasa Vietnam) trem hurong (sangat serupa tetapi sedikit lebih keras dan lebih banyak), dan gaharu itu sendiri. Satu pon Calambac dibeli di Hoi An selama 15 tael dapat dijual di Nagasaki untuk 600 tail. Penguasa Nguyen segera mendirikan kerajaan Monopoli atas penjualan Calambac. Monopoli ini membantu mendanai keuangan negara Nguyen selama tahun-tahun awal aturan Nguyen.

Xuanzang’s travelouges dan Harshacharita, yang ditulis pada abad ke-7 Masehi di India Utara menyebutkan penggunaan produk-produk gaharu seperti ‘Xasipat’ (bahan tulisan) dan ‘minyak aloe‘ di Assam kuno (Kamarupa). Tradisi membuat bahan-tulisan dari kulit gaharu masih ada di Assam.


       Gaharu dikenal dengan banyak nama dalam kebudayaan yang berbeda, “Agar” di India (bahasa sansekerta), Chen-Xiang dalam bahasa Cina, “trem Huong” dalam bahasa Vietnam, dan Jin-koh dalam bahasa Jepang; semua bermakna “insence/dupa tenggelam”  yang mengacu kepada padatan/densitas tinggi. Di wilayah Arab gaharu dan distilasinya dikenal dengan nama Oud demikian juga di wilayah Negara-negara Islam. Di Negara barat penggunaan minyak gaharu esensial dalam minyak wangi dengan nama “oud” atau “oude”. Gaharu dalam Perjanjian Lama dan Kitab Suci Ibrani  diyakini bahwa gaharu dari Aquilaria malaccensis. Di Tibet dikenal sebagai a-ga-ru. Ada beberapa varietas digunakan dalam bahasa Tibet Kedokteran yaitu gaharu unik ar-ba-zhig; gaharu kuning a-ga-ru ser-po, gaharu putih ar-skya, dan gaharu hitam ar-omelan. Di dareah Asam (India) disebut sebagai ogoru, di Indonesia dan Malaysia dikenal dengan gaharu, di Papua Nugini disebut ghara, dalam bahasa Thailand dikenal sebagai Mai Kritsana,  di Laos dikenal sebagai Mai Ketsana